Ho...ng
Wilaheng Jati Nuhoni Hajat-Hajate Leluhur Nusantara,
Tabe – Tabe Uluk Salam Mulya
|
Map Kecamatan Kesugihan |
Mengapa Kaum Penghayat
Kepercayaan setiap kali melakukan ritual sadranan berisitirahatnya selalu di
Pasar Kesugihan?
Mengapa Desa Kesugihan kedapatan Kyai sohor (Alm. Rama Kyai Mustolih) dan
Dalang sohor (Alm. Ki Dalang Suwarjono)?
Cerita lama yang telah dilupakan...
Motif cerita ini
agar dongeng timbul kembali, sehingga anak kecil sebelum tidurnya tidak meminta
duit, tetapi meminta dongeng.
Pada suatu hari, ada raja Kerajaan Keling, jejuluk Prabu Bawana Keling yang karena
tidak kepuasannya dalam hidup dan ingin mencari arti dan makna hidup yang
sesungguhnya.Di dalam agama tidak ditemukan, di dalam dirinya (menjadi raja)
tidak ditemukan, di dalam kerajaannya tidak ditemukan, maka dia memutuskan
untuk memberikan cuma-cuma seluruh hartanya ke rakyat.
Tahta kerajaan
diserahkan ke anaknya. Dan lalu dia memutuskan untuk mengelilingi Pulau Jawa,
hingga sampailah ke Gunung Selok. Batu yang digunakan tidur oleh Sang Raja,
dinamakan kahendran (nendra: tidur,
nalendra: ratu/ raja) yang memiliki makna tempat tidurnya raja.
Mengapa setiap orang bangun tidur lalu merasa lapar? Sang
Raja pun demikian, setelah duduk dan tertidur, lalu merasa lapar ketika bangun.
Tanpa terasa, bersabdalah Sang Raja: “Hmm...
tangi turu kaya kiye koh kencot, patute nek mangan tumpeng bosok (mogana) karo
ngombe degan klapa ijo, enak banget”. Terdengarlah sabda Sang Raja oleh
seorang laki-laki separuh baya yang sedang mencari rumput. Jaman dulu lain
dengan jaman sekarang, dahulu, bila sabda orang pertapa pasti diperhatikan.
Ketika mendengar sabda itu, si pencari rumput langsung pulang.
Rumah si pencari
rumput berada di grumbul (kampung)
sebelah barat Sungai Serayu. Sesampainya di rumah, berkatalah pada istrinya, “Yung..yung...jagone disembeleh, karo beras
sing paling maen. Siki gawea tumpeng bosok, aku tek ngepet degan klapa ijo”.
Yang dimaksud tumpeng bosok adalah tumpeng yang didalamnya ada ikannya (daging
ayam jawa),srundeng, dan lainnya.
Sekarang, kebanyakan orang mengenal tumpeng bosok dengan namatumpeng mogana.
Disebut tumpeng bosok karena di dalam tumpeng tersebut berisi aneka lauk, yang
bila tumpeng itu disentuh dengan sendok/ centong akan mudah terurai gunungan
tumpengnya dan langsung bercampur antara nasi tumpeng dan isi lauknya.
Singkat cerita, si istri pencari rumput itu langsung
mengerjakan membuat tumpeng sesuai apa yang diminta oleh suaminya. Setelah
selesai membuat tumpeng dan memetik kelapa muda, si pencari rumput dan istrinya
lalu menuju Gunung Selok untukmenghaturkan
tumpengnya kepada Sang Sutapa, yang sesungguhnya adalah Sang Raja.
Bersabdalah kembali Sang Raja, “Eh... deneng slirane ngerti nek aku lagi kepengin tumpeng bosok karo
degan klapa ijo?” (Ehh.. kok kalian mengetahui jika aku sedang menginginkan
tumpeng bosok dan kelapa muda hijau?)
Lalu si pencari rumput menjawab, “Inggih Sang Sutapa. Nalika Sampeyan dalem ngendika, kula wonten sak
ngandhaping sela kumalasa punika”(Iya, Sang Sutapa. Ketika Anda berkata
tentang itu, saya berada di bawah batu yang rata dan luas itu).
Kemudian Sang Sutapa menjawab, “Oh.. ya, matur nuwun banget ya. Tumpeng bosok kie tek tampa, jeneng
pulung daharan ingsun. Lan, wakul, rinjing, lan platokan degan iki, aja
pati-pati dibukak sakdurunge tekan umah”(Oh..ya, terimakasih sekali.
Tumpeng bosok ini saya terima, ini namanya garis makanan saya. Dan, wakul
(tempat nasi), rinjing (wadah beragam bahan makanan/ makanan), dan belahan
kelapa muda ini, jangan sampai dibuka sebelum kalian sampai di rumah.
Dengan
segera si pencari rumput dan istrinya menjawab: “Inggih sinuwun, ngestokaken
dawuh” (Iya tua, siap laksanakan).
Karena hari menjelang malam, maka segera pulang lah si
pencari rumput dan istrinya itu. Sesampainya di rumah, terkejutlah ketika
wakul, rinjing, dan kelapa muda yang terbelah itu berisi emas picis raja brana. Seketika itu pula, lelaki pencari rumput dan
juga istrinya menjadi kaya raya. Orang-orang menyebutnya dengan nama Kaki Sugih
dan Nini Sugih. Yang dikarenakan berawal dari sepasang suami-istri tukang ngarit (pencari rumput)menjadi
kaya raya, maka desa itu dinamakan desa Kesugihan. Dalam Bahasa Jawa, sugih
berarti kaya.
Setelah
itu, dimana ada orang dari sekitar Gunung Selok hendak bepergian, Kaki Sugih
dan Nini Sugih menyediakan tempat singgah karena mengimplementasikan
keberuntungannya yang berasal dari kawasan Gunung Selok. Dan atas jasa kaki
sugih karena sang raja bisa memakan tumpeng bosok (mogana), maka Sang Raja bersabda
bahwa kelak pada saatnya desa yang kau tinggali itu akan kedapatan pandhita
sohor. Dalam hal ini, Kyai dan juga dalang adalah terkategori pandhita
(seseorang yang mengajarkan akhlak/ budi pekerti). Sedangkan makam Kaki Sugih
dan Nini Sugih berada di tempat pemakaman umum Desa Kesugihan, tepatnya pemakaman
depan penyulingan PDAM.
Sumber: Sidik Purnama Negara