Banjarwaru merupakan nama desa yang ada di Kabupaten Cilacap, tepatnya di Kecamatan Nusawungu yang merupakan kecamatan paling timur di Kabupaten Cilacap. Desa Banjarwaru sangat dikenal dengan kesenian tradisionalnya pada tahun 1980 hingga akhir dekade 1990-an. Seni tradisionan yang membesarkan Desa Banjarwaru kala itu adalah lengger.
Masyarkat Desa Banjarwaru mayoritas masih memegang teguh nilai-nilai Budaya Jawa dan tradisi yang mengalir secara turun temurun. Bahkan, di jaman yang modern ini, kita masih bisa menemukan paguyuban (perkumpulan) masyarakat yang hidup berlandaskan budaya Jawa. Seperti halnya masyarakat adat di daerah lain, masyarakat adat yang ada di Banjarwaru juga terkadang mengadakan kegiatan spiritual di waktu-waktu tertentu.
Setelah meletusnya reformasi, kondisi budaya dan kebangsaan banyak yang berubah. Masuk bebasnya teknologi modern dari mancanegara, turut menyurutkan budaya kearifan lokal yang sebelumnya tengah populer di negeri ini. Termasuk lengger Banjarwaru pun kian mengalami kesurutan popularitas. Namun walau demikian, lengger Banjarwaru hingga kini tetap ada generasinya dan tetap siap menerima permintaan pentas di berbagai acara.
Seorang penari lengger dari Banjarwaru yang pernah sangat populer adalah Bu Kamiyati. Namanya sangat dikenal di wilayah Cilacap, bahkan hingga se-Barlingmascakeb (Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas, Cilacap, dan Kebumen). Pada tahun 1990-an, beliau berada di puncak kepopuleran. Banyak orang yang kagum dengan tarian dan suaranya, sehingga group lengger-nya pun setiap hari pentas di berbagai desa.
Seni tradisional yang terkenal lagi dari Desa Banjarwaru adalah Kesenian Kuda Kepang (Ebeg/ Kuda Lumping). Beberapa group ebeg dari Banjarwaru juga dikenal bagus dalam pementasannya.
Selain lengger dan ebeg yang termasuk dalam aspek kesenian tradisional Banyumasan, kreatifitas masyarakat Desa Banjarwaru juga dikenal sebagai pengrajin bambu. Kerajinan Bambu dari Desa Banjarwaru dan sekitarnya, kini sudah dipasarkan hingga berbagai daerah di Pulau Jawa. Bahkan, ada juga yang telah memasarkan hingga ke Sumatera.
Kerajinan bambu yang dibuat masyarakat Desa Banjarwaru pada umumnya adalah perabot rumah tangga tradisional, seperti tenggok, rinjing, wakul, hingga berbagai keranjang bambu. Sebagian masyarakat juga ada yang khusus membuat kandang ayam, keranjang (kurungan) ayam bangkok, dan sangkar burung. Setiap hari, mereka merangkai bambu-bambu yang telah dipotongi sedemikian rupa, hingga menjadi bentuk perlengkapan yang diinginkan.
Seorang warga menuturkan, untuk membuat 1 keranjang (kurungan) pejantan bangkok misalnya, mulai dari pemotongan hingga selesai, kemampuan satu orang setidaknya membutuhkan waktu 3 hari bagi yang telah terbiasa. Namun, bila bambunya telah dipotong dan disayat dahulu hingga banyak, merangkainya tidak ada 1 hari sudah selesai. Semua bergantung pada kemampuan pembuatnya.
Kehidupan masyarakat Desa Banjarwaru mayoritas adalah berprofesi sebagai petani. Jika sedang musim panen, maka kebanyakan kaum pria lebih memilih turun ke sawah. Namun, aktifitas sebagai pengrajin bambu, tetap dikerjakan oleh ibu-ibu di rumah. Selain petani, banyak juga yang berprofesi sebagai pedagang.
Di Desa Banjarwaru terdapat satu pasar tradisional yang rame setiap hari. Pasar ini beroperasi mulai pagi sekitat jam 6, hingga siang sekitar jam 11, selebihnya sudah mulai sepi. Namun, barang hasil kerajinan bambu warga Desa Banjarwaru tidak banyak dijual di pasar desanya sendiri. Alasannya, "lha wong neng kene bae pada bisa nggaweni dewek, nek didol neng kene ya langka sing tuku", artinya: Lha di sini saja pada bisa membuat (kerajinan bambu) sendiri, kalau dijual di sini ya jarang yang beli.
Meskipun letak Desa Banjarwaru tidak langsung berhadapan dengan jalan raya/ jalan nasional, akan tetapi akses menuju desa tersebut tidaklah sulit. Jalan utama desanya pun sudah diaspal halus. Bila anda sedang berada di wiliyah Cilacap bagian timur, cobala berkunjung untuk sekedar melihat-lihat aktifitas warga yang membuat kerajinan bambu. Sikap mereka sangat ramah kepada siapa pun. Bahkan, rela menjelaskan dan mengajari bila kita hendak turut belajar membuat peralatan dari bambu.
Keramahan warga Banjarwaru sesuai dengan nama desanya. Banjar yang berarti deret; jajar; baris (KBBI), dan waru adalah sebuah pohon yang bentuk daunnya merupakan simbol cinta dan nglembah manah. Mungkin dulunya, di Banjarwaru banyak pohon waru yang berjajar..hehe
Oh iya, selain aktifitas kerajinan bambunya, di Banjarwaru juga ada pembuat kendang (alat musik) yang profesional. Kendang buatan Banjarwaru sesungguhnya tidak kalah dengan kendang buatan Jogja/ Solo. Bahkan, dulu dikenal jika di daerah sekitar Banyumas hanya kendang buatan Banjarwaru lah yang paling nyaring dan paling enak digunakan. Selain kendang, alat musik yang biasa dibuat oleh warga Banjarwaru adalah calung.
Kesejukan khas suasana desa, semilir anginnya sungguh membuat betah setiap orang di sana. Apalagi bila kita sehari-harinya tinggal di kota, rasanya sangat beda jauh dgn suasana Desa Banjarwaru. Karena termasuk desa yang berada di dekat pesisir pantai selatan, cocok sekali bila menjelang sore hari setelah berkunjung dari Desa Banjarwaru, kita langsung menuju ke pantai. Jarak Desa Banjarwaru dengan Pantai Widara Payung dan Pantai Jetis pun hanya sekitar 4 Km.