Peradaban ini merupakan wujud dari perkembangan teknologi yang sangat cepat. Sudah tidak dapat dipungkiri bahwasanya sebagian besar dari kita sekarang telah terhubung ke satelit melalui ponsel. Dengan mudah kita dapat menggali informasi hanya dengan jari, dan dengan mudah pula kita dapat memborong barang belanjaan dengan jari sambil tiduran.
Awal tahun 2000, kita semua mulai bermigrasi dari menulis surat kertas menjadi email dan pesan singkat (sms). Rasanya baru kemarin sore dan masih ingat jelas di pikiran kita saat kita belajar mengirimkan sms dan atau belajar membuat e-mail (surat elektronik). Saat itu, kita masih sangat bahagia kalau memiliki ponsel yang hanya sekedar bisa telpon dan sms. PC (personal computer) pun demikian, hanya pentium 3 saja rasanya sudah sangat senang. Namun, apa yang terjadi sekarang?
Smartphone telah dimiliki banyak orang hingga ke pelosok desa-desa. Sebuah ironi yang menurut saya cukup positif dalam wujud pengembangan pengetahuan dan efektifitas aktifitas. Betapa tidak, kita ingin belajar apa pun hanya melalui layar handphone cerdas itu. Yang penting, terkoneksi ke internet. Dan sekarang, trend yang sedang meningkat adalah belanja online. Hanya dengan sentuhan di ponsel pintar (smartphone), kita akan dikirim barang sesuai yang kita beli.
Hmm... nampaknya kita semua akan menuju ke suatu masa yang serba praktis dan tidak terlalu melelahkan diri. Hal ini merupakan solusi kita untuk action lebih banyak di
pekerjaan-pekerjaan yang lebih penting. Bagi kita yang sering sibuk, biasanya akan kesulitan meluangan waktu untuk belanja dan berburu barang kebutuhan. Tapi kini, kita bisa membeli barang di
e-marketplace dengan sekejap.
Apakah sekejap itu barang akan langsung kita dapatkan?
Untuk saat ini tentu masih menunggu pengiriman barang dari kurir. Bila si penjual dalam marketplace itu fast respon (respon cepat), maka barang akan segera dititipkan ke jasa pengiriman (misal: Jne, Tiki, Pos, dll). Setelah itu, kita tinggal menunggu pak kurir datang menghantar hingga ke depan pintu rumah kita. Efisien kan? ;)
Harga barang ditambah ongkir jadinya mahal dong?
Tidak. Barang adalah barang, ongkir adalah ongkir. Apakah kalau kita belanja ke pasar/ mall kita akan menghitung harga barang ditotal dengan bbm, ongkos parkir, jajan, waktu, dan tenaga? Nah jika kita mau menghitung, nampaknya lebih efisien belanja online bila dibanding belanja yang mengalami panas dan macet di perjalanan.
Bila beberapa tahun yang lalu kita dapat belanja via sosmed, kini kita mulai beralih ke sistem yang lebih aman dengan belanja di e-marketplace. Sebab, pembeli dan penjual di e-marketplace sama-sama terjamin keamanannya.
E-marketplace di Indonesia saat ini sudah cukup banyak. Sebut saja Bukalapak, e-marketplace yang satu ini ternyata merupakan tempat jual-beli online terbesar di Indonesia. Data terakhir (Juli 2016) yang saya dengar, kunjungannya lebih dari 3 Juta orang per hari.
Bukalapak dikenal memiliki aturan yang tegas terhadap penjual (pelapak) yang nakal. Informasi kontak pun tak boleh dicantumkan di toko masing-masing pelapak. Itu untuk mencegah agar tidak terjadi transaksi penipuan di luar sistem. Maka, hal itulah yang menjadikan Bukalapak dipercaya oleh banyak pembeli yang maniak belanja online.
So, peradaban yang sudah berjalan ini sebaiknya kita apresiasi secara positif. Sudah saatnya kita
melek teknologi, sudah saatnya kita meningkatkan efisiensi waktu. Saran saya bila anda ingin belanja online via Bukalapak,
daftar akun terlebih dahulu. Untuk mempermudah kita bila ingin komplain.