Word
Ancestors Java: The occurrence of Interan Times.
Tabe-tabe Uluk Salam Mulya,
Sudah
menjadi sabda Leluhur Jawa dari dulu dan menjadi buah bibir orang dari jaman ke
jaman, bahwa suatu saat nanti akan ada Jaman
Interan – Semar Ngomong Neng Awang-Awang Karo Njaring Angin. Prediksi
seperti itu dan sejenisnya bukanlah berasal dari orang sholat atau pun orang
awam, tetapi berasal dari Seorang Kaum Hakikat (orang yang bisa mencapai titik puncak kabut terakhir dan
menggapai petunjuk Tuhan) dengan jalan sembayang dan tapa brata. Dengan kata
lain, ada beberapa Leluhur Tanah Jawa yang bisa menggapai ilham untuk bangsa
dan negaranya, baik ilham yang ditunjukkan untuk masa itu maupun untuk masa ke
depannya.
Ilham
yang sesungguhnya adalah menggunakan bahasa gaib dalam kalimatnya. Bahasa gaib
bukanlah bahasa yang mudah dimengerti seperti bahasa sehari-hari. Seperti
halnya sandi dalam sebuah kesatuan, bahasa gaib hanya diketahui oleh sedikit
orang dan bahkan hanya penggapai ilham itu yang mengetahui maknanya. Dalam hal
ini, “jaman interan – semar berbicara di
langit (awang-awang) dengan menjaring angin” merupakan Bahasa Gaib dari wangsit (wisik - bisikkan) yang diturunkan melalui para kesepuhan-kesepuhan. Kesepuhan bukanlah dukun.
Kalimat tersebut hingga kini masih banyak sekali orang
yang tidak mengetahui maksudnya. Bahkan banyak juga yang lupa dan tidak tahu
dengan kalimat itu.
Puluhan tahun sudah kalimat “jaman interan” menjadi misteri akan
maksudnya. Seperti apa dan bagaimana manusia di jaman interan pun menjadi bahan
pertanyaan orang-orang yang masih berpedoman pada falsafah Jawa. Kalimat
prediksi tersebut bukanlah kata-kata mentah. Banyak orang yang mengartikan
jaman interan dengan berbagai penjabaran dan rincian. Namun, karena belum
waktunya prediksi itu terbuka, penjelasan-penjelasan itu pun tidak tepat dan
tidak faktual.
Lalu,
apakah Jaman Interan itu?
Marilah
sejenak kita hayati sosialita dan peradaban masa kini. Orang-orang bisa
mewujudkan segalanya untuk memuaskan dan membahagiakan dirinya sendiri maupun
keluarga dan orang-orang yang diingini. Uang sebagai wujud alat tukar merupakan
sarana untuk mewujudkannya. Uang menggantikan aktivitas pertanian dan
perkebunan menjadi aktivitas membeli makanan. Uang menggantikan hasil pertanian
dan perkebunan yang semula untuk kebutuhan pangan bersama, kini menjadi
kebutuhan komersil untuk kepentingan sendiri atau suatu badan usaha. Uang
menggantikan saling berkunjung menjadi saling berkomunikasi singkat dan kilat.
Uang menjadi hal yang paling dicari karena bisa untuk berkomunikasi jarak jauh
dengan manusia yang ada di tepi kutub sekali pun. Uang tlah mewujudkan
teknologi serba canggih dan mencanggihkan peradaban manusia.
Nampaknya
dalam hal ini, kami tidak perlu menguraikan lagi tentang uang dan intelektual
yang telah menimbulkan ilusi, karena tentang ilusi uang dan ilusi intelektual
telah kami tulis sebelum ini. Namun, terjadinya ilusi intelektual dan ilusi
uang, telah menghasilkan jaman yang telah lama diperbincangkan oleh orang-orang
Jawa yaitu Jaman Interan.
Jauh sebelum internet ditemukan, dan jauh sebelum kata internet dikenal oleh Bangsa Indonesia, Orang Jawa sudah berbicara bahwa suatu saat nanti akan ada jaman interan – Semar
berbicara di awang-awang (langit) dengan menjaring angin, lalu manusia
bagai gabah diinteri (gabah: padi yang sudah dipanen & dirontokkan dari
pohonnya). Sedangkan kata “Inter” pada kalimat “Jaman Inter-an” , bukanlah kata
yang berasal dari kamus, tetapi merupakan bahasa baru bagi manusia di Jawa
khususnya pada saat itu yang bersumber dari ilham.
Yang
dikarenakan masyarakat Jawa dahulu patuh-patuh dan sangat menghormati Para Kaum
Hakikat, sebuah ilham pun menjadi bahan pelajaran banyak orang dan diwariskan
hingga anak cucu. Hal ini demi keselamatan bersama, dengan maksud agar orang
banyak selalu menjaga budi pekertinya supaya terhindar dari malapetaka (baik
skala kecil maupun besar). Sedangkan tentang arti suatu ilham, jika tidak
dijelaskan secara terbuka oleh sang penerima ilham, maka orang-orang memaklumi.
Karena sesungguhnya ilham itu tidak semuanya boleh dijabarkan pada banyak
orang.
Tahun
berganti tahun dan abad berganti abad, manusia mengalami perkembangan dalam
dunia peradabannya. Gerakan tubuh
berganti menjadi ucapan, ucapan dapat diganti dengan tulisan tangan, dan kini
tulisan tangan berganti menjadi digital. Orang ingin berbicara harus bertemu,
orang ingin bertemu harus berkunjung. Orang ingin berkunjung harus menunjukkan
kemuliaan.
Lalu
sedikit dipermudah dengan suatu masa dimana orang yang berjauhan dapat
berkomunikasi dengan tulisan tangannya yang dititipkan melalui kurir atau
seorang yang dipercaya. Semakin berkembangnya intelektual manusia, orang yang
berjauhan dapat berkomunikasi melalui sambungan radio yang memanfaatkan
gelombang elektromagnetik, hingga kemudian terciptanya sambungan telepon yang
bisa digunakan untuk komunikasi berbicara jarak jauh. Dan yang paling
berkembang serta paling canggih saat ini adalah orang bisa berkomunikasi,
berkunjung, bertatap muka, berjualan, membeli, menjelajah, berpetualang, dan
bahkan katanya beribadah, melalui kegiatan duduk manis di depan layar laptop
atau tablet atau ponsel cerdasnya yang terhubung dengan sambungan internet dan
kemudian disebut sebagai dunia maya.
Bagi
anda yang berjiwa penghayatan dalam, mungkin sudah bisa menangkap isi dan
maksud penjelasan di atas kaitannya dengan judul artikel ini. Jaman adalah
suatu masa (waktu) dimana banyak orang beraktivitas dengan suatu hal dan menjadi
aktivitas wajar. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, jaman adalah jangka waktu
yang panjang atau pendek yang menandai sesuatu.
Setelah
manusia bertahun-tahun mengembangkan intelektual dan alam pikirnya, peradaban
yang semula klasik berubah menjadi modern, dan yang semula alami berganti
menjadi teknologi. Para kaum intelektual selau berupaya ke titik puncak
imajinasi dan berupaya mewujudkannya. Sedangkan orang-orang yang kurang
intelektual, lebih cenderung pemakan (konsumen) dan alat peraga untuk menggerakkan
hasil intelektual.
Pada Tahun 1500 Masehi, siapa yang menyangka dan mengira bahwa
manusia yang berjauhan akan bisa berbicara & bertatap wajah hanya melalui
layar? Bahkan pada tahun 1980 sekali pun, orang tidak akan menyangka jika
orang-orang di dunia akan bisa berjualan dan membeli hanya dengan sikap duduk
manis. Namun, hasil perkembangan alam pikir dan intelektual orang-orang genius,
pada saat sekarang berhasil menjadikan internet sebagai alat komunikasi dan
interaksi utama umat manusia se-dunia.
Lihatlah
di sekitar kita! Lihatlah tetangga kita, lihatlah sahabat kita, lihatlah anak
kita yang masih kecil sekalipun. Mereka semua kini telah terhubung dengan
internet. Hanya sedikit saja diantara mereka yang tidak tahu sama sekali
tentang internet. Sedangkan bagi yang tahu, dalam satu hari pasti tidak bisa
terlepas dari koneksi jaringan internet, atau minimal jaringan seluler.
|
ilustrasi |
Ketika
bangun tidur, aktivitas membuka telepon seluler pasti dilakukan oleh
orang-orang yang mempunyai handphone,
dan lebih banyak orang yang mempunyai handphone daripada yang tidak. Apalagi
saat ini, teknologi android telah berdampak membuat kecanduhan anak negeri ini.
Setelah itu, bagi yang di kantor pasti dalam satu harinya terhubung dengan
jaringan lagi melalui layar yang lebih lebar daripada ponsel. Di sekolah pun
demikian, sambungan jaringan internet menjadi bagian dari pelajaran dan
pemanfaatan dalam kegiatan belajar mengajar. Bahkan, banyak juga orang-orang
yang bekerja untuk dirinya sendiri, tidak pergi kemana-mana, cukup tersambung
internet dari rumah, ingin berinteraksi sosial, bersenda gurau, belajar,
mengaji, jualan, belanja, dan bahkan menjelajah dunia, cukup di rumah saja
melalui internet.
Hal-hal
seperti demikian, kini bukanlah hal yang mengherankan lagi. Bahkan sudah menjadi
kewajaran dan kewajiban manusia untuk mempelajarinya, konon katanya agar
manusia lebih mudah dan ‘ringan’ dalam menjalani hidup. Siapa yang tidak
tergiur kalau ada trik untuk meringankan hidup? Ya, hidup itu memang dirasakan
berat oleh mayoritas orang di dunia. Ada satu cara saja untuk sedikit
meringankannya, pasti banyak manusia menginginkan itu.
Bagaimana
mungkin orang tidak tergiur jika ingin menjelajah dunia bisa dilakukan kapan
saja dan di mana saja? Bagaimana mungkin orang tidak tergiur jika bisa memajang
foto dan melihat foto teman-teman kita hanya dengan beberapa kali klik saja?
Bagaimana mungkin siswa akan menerima soal yang sulit jika dengan meng-klik
mesin pencari di internet, jawaban pun langsung muncul? Bagaimana mungkin orang
akan berkunjung jika bisa silaturahmi online?
Inilah
Dunia Maya, suatu masa yang telah
dijanjikan dan ditetapkan oleh-Nya, jauh sebelum kita terlahir. Orang-orang
bisa melakukan berbagai aktivitas melalui jaringan, dan orang bisa berjejaring
sosial melalui internet. Sudah menjadi kewajaran dan semua informasi telah
terkait oleh jaringan. Manusia bisa berbicara di awang-awang dengan menjaring
angin.
Orang
yang sekarang sudah tua, pasti tidak menyangka sama sekali jika akan ada kata “jaringan” dalam aktivitas komunikasi.
Dan pasti juga tidak menyangka jika suara orang-orang bisa disimpan melalui
satelit yang ada di awang-awang? Dan
pastinya, tidak akan menyangka jika jaman
interan akan terjadi di masa sekarang?
Bukankah
internet adalah teknologi yang terkoneksi ke jaringan? Bukankah fungsi jaringan
juga bergantung pada angin (udara)? Bukankah internet kini sudah menjadi sebuah
jaman?
Dalam
falsafah Jawa menurut seorang kaum hakikat, SEMAR ADALAH SOSOK DEWA SANG HYANG
ISMAYA hangejawantah (menitis pada manusia) di bumi, dan juga merupakan
simbol orang Jawa. Kini, orang Jawa telah berada pada dunia maya, dunia yang
nampak tetapi tidak nyata & tidak sungguh-sungguh, alias dunia pura-pura.
Dunia
maya menjadikan orang bisa berbicara
pada jarak yang sangat jauh. Dunia maya telah menjadikan angin (udara) sebagai salah satu sarana terikat untuk sambungan
komunikasi yang disebut jaringan.
Suara-suara manusia, dokumen-dokumen manusia, dan seisi dunia dapat di simpan
melalui jaringan di udara (angin). Dunia maya telah mewujudkan sabda yang
menjadi misteri berabad-abad, yaitu sabda tentang JAMAN INTERAN.
Jaman
Interan adalah merupakan jaman internet yang sekarang terjadi dan sedang
dialami oleh aku, kamu, dia, mereka, dan semua orang di dunia. Jaman interan telah dimulai dan akan
berakhir ketika manusia bagai gabah diinteri. Yaitu dipilih dengan kualitas
yang terbaik, terbersih, dan disingkirkan yang kotor maupun yang berwujud batu.
Secara
alam pikir, memang internet benar-benar telah membantu umat manusia. Namun,
apakah secara alam rasa (alam iman) internet itu menjadikan manfaat dalam
kehidupan manusia yang berprikemanusiaan? Bisakah silaturahmi nyata digantikan
dengan komunikasi maya? Bisakah bersosialisasi di dunia nyata digantikan dengan
berjejaring sosial di internet? Apakah hasil belajar online lebih bermanfaat
daripada belajar secara nyata? Dan apakah komunikasi internet bermanfaat untuk
membangun budi pekerti luhur dan menenangkan jiwa manusia? Serta, apakah
internet tidak berdampak pada sosial-ekonomi bangsa dan negara? Jawabannya ada
pada nurani kita masing-masing.
Maksud
kami, internet bukan berarti untuk ditolak oleh manusia. Ini merupakan jaman
yang harus kita lalui dan sudah menjadi ketetapan. Semua kendali ada pada dalam diri kita
masing-masing. Segandrung-gandrungnya kita terhadap internet, berupayalah untuk
tidak gandrung yang berlebihan. Agar tidak melalaikan niat dan tugas kemuliaan
hidup manusia di bumi yang Tuhan jadikan.
Jaman
interan ini sesungguhnya banyak berdampak kurang baik terhadap alam dan manusia.
Setelah ini, manusia bagai gabah diinteri. Semoga ke depannya kita termasuk
golongan kaum yang selamat.
Sumber: Sidik Purnama Negara